Kamis, 17 November 2016

pemetaan dan perpetaan dalam dunia pertambangan

APLIKASI PERPETAAN DALAM DUNIA PERTAMBANGAN


A.        Pendahuluan
Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan seluruhnya ataupun sebagian dengan ukurannya yang diperkecil sesuai skala serta dilengkapi oleh keterangan skala, legenda, mata angin dan simbol lainnya. Gambaran dari permukaan bumi tersebut yang dituangkan dalam suatu peta dapat memberikan suatu informasi atau data yang berada pada daerah tersebut, contohnya seperti persebaran batuan, persebaran penduduk, perbedaan ketinggian (elevasi), curah hujan dll. Istilah Peta ini awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu
Mappayang berarti kain penutup meja, peta merupakan sebuah representasi gambaran dua dimensi dari sebuah bidang tiga dimensi dan diperkecil dengan skala tertentu, yang dapat menentukan berapa besar objek peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta tersebut yang dibukukan disebut dengan Atlas.

B. Macam-macam peta dan pengaplikasiannya dalam pertambangan
Banyak sekali jenis-jenis peta yang dapat diamati, contohnya peta persebaran penduduk, peta topografi, peta geologi, peta umum dan peta lainnya. Dalam dunia pertambangan juga ahli Tambang menggunakan peta, karena dengan menggunakan peta tersebut ahli Tambang akan mendapatkan data atau informasi yang diinginkannya pada suatu daerah. Peta yang berhubungan dengan dunia pertambangan yaitu peta geologi, peta topografi, peta singkapan batuan, peta kesampaian daerah dan juga banyak yang lainnya. Peta juga sangat berguna bagi orang Eksplorasi, karena dengan menggunakan suatu peta eksplorer dapat mengetahui keberadaannya dan juga dapat mengetahui informasi sebaran batuan apa saja yang terdapat pada suatu daerah dimana sedang dilakukan eksplorasi.

1. Peta Geologi
Peta Geologi merupakan peta dasar yang harus dimiliki oleh ahli tambang maupun orang eksplorasi. Peta Geologi ini merupakan suatu peta yang memiliki informasi tentang persebaran batuan dan singkapan batuan. Jadi menurut deefinisi SNI 4691 1998 peta geologi adalah gambaran atau bentuk dengan melalui ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah, wilayah atau kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala.
Gambar 1 Peta Geologi

 Ada berbagai peta geologi dengan berbagai informasi
 –
 informasi geologi yang lebih khusus di bawah ini adalah beberapoa jenis peta geologi menurut kegunaan dan informasi yang terkandung di dalamnya. 1. Peta geologi permukaan
, atau “peta rincian” (
surface geological map
https://html1-f.scribdassets.com/7jh6xz948w41v6f8/images/2-880b884826.jpg) memberikan berbagai formasi geologi yang langsung terletak di bawah permukaan. Peta ini berguna dalam menentukan lokasi bahan-bahan bangunan (pasir dan kerikil), bahan-bahan tambang dan juga dapat di gunakan dalam menentukan kedalaman suatu pemboran. 2. Peta pengungkap atau peta ungkapan (
outcrop map
). Umumnya berskala besar, yang dicantumkan hanyalah tempat ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan dan pemboran dan sebagainya beserta sifat batuan dan kondisi struktur batuannya. 3. Peta struktur, berskala sedang hingga besar. Peta ini adalah peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu, yang berada di dalam tanah-bawah. Peta ini dapat digunakan untuk menentukan struktur-struktur yang ada dalam daerah tersebut.
 
4. Peta hidrogeologi. Peta ini memiliki informasi hanya membedakan daerah yang mengandung air-tanah dalam batuan primer yang berpori, batuan sekunder yang berpori (daerah karst), dan di mana tidak terdapat air-tanah dalam jumlah yang berarti (dataran tinggi). Pada aplikasinya dalam dunia pertambangan peta ini digunakan untuk menentukan kadar air tanah yang berada di permukaan dalam proses pembuatan lereng atau
open pit 
 supaya nantinya tidak terjadi rembesan tanah atau longsoran tanah.
2. Peta Topografi
Selanjutnya yaitu Peta Topografi. Peta Topografi ini berisikan informasi tentang perbedaan ketinggian atau struktur dari muka permukaan bumi pada suatu daerah tertentu. Peta Topografi ini berasal dari bahasa yunani,
topos
 yang berarti tempat dan
graphi 
 yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, dengan posisi tertentu Maka dari itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi ini dapat menginformasikan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi.
Gambar 2 Peta Topografi
https://html2-f.scribdassets.com/7jh6xz948w41v6f8/images/3-da53188110.jpg
 
Jadi peranan Peta Topografi pada aspek pertambangan yaitu dapat menentukan dengan akurat ketinggian suatu daerah yang nantinya dapat diterapkan untuk pembukaan pit suatu pertambangan. Karena dengan mengetahui kemiringan suatu lereng atau perbedaan letinggian suatu tempat maka akan mengoptimalkan pengambilan bahan galian yang ada setelah pit dibuka
ESIMPULAN

Kesimpulan dari resume ini adalah peta merupakan gambaran dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang digambarkan seluruhnya ataupun sebagian dengan ukuran yang diperkecil dengan menggunakan sklasa yang berisi informasi serta keterangan yang mencakup skala, legenda, mata angin dan simbol lainnya. Pada pengaplikasiannya di dalam dunia pertambangan, peta digunakan untuk informasi awal tentang tempat-tempat yang menjadi ruang kerja serta mengetahui singkapan dan apa saja yang berada di dalam permukaan bumi yang berada di wilayah tersebut. Pada kegiatan eksplorasi, peta juga digunakan untuk mengetahui informasi dari batuan yang terdapat dalam wilayah ruang kerja tersebut. Kegiatan eksplorasi sangat membutuhkan peta geologi yang berisi tentang singkapan dan isi yang terdapat pada daerah ruang kerjanya. Selain itu peta yang digunakan adalah peta topografi yang berisi tentang informasi tentang perbedaan ketinggian atau struktur dari muka permukaan bumi pada suatu wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Adyan, 2013,
“Tahap Kegiatan Eksplorasi” 
“Fungsi Peta Topografi” 
, http://bumi-myearth.blogspot.com/2012/01/fungsi-peta-topografi.html. Diakses 20 Februari 2014. Rizki, Farid, 2012,
“Pengertian, Jenis dan Fungsi Peta” 
.


Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan pertambangan antara lain, minyak dan gas bumi, bijih mangaan, bijih emas, perak, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, dan granit.
Tahapan kegiatan pertambangan yaitu:
  1. Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan bagian endapan bahan galian atau mineral berharga.
  2. Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta “studi kelayakan” dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan.
  3. Eksploitasi adalah suatu kegiatan pertambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran.
  4. Sedangkan Pengolahan/pemurnian/pengilangan adalah suatu pekerjaan memurnikan atau meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut yang dapat dilakukan dengan cara kimia (BPS, 2004).

Jenis-jenis Hasil Tambang
1. Emas dan Perak
Emas adalah logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs). Berat jenis emas tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai perhiasan, investasi, cadangan devisa dan lain-lain. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Perak adalah logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga. Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran dan lain-lain. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga (Dirjen ESDM, 2007).
emas
Tambang Emas
2. Tembaga
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning. Apabila tembaga dilihat dengan menggunakan mikroskop maka bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3),
dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ.
Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme. Logam tembaga digunakan secara luas pada bidang peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam instalasi listrik rumah, perancangan motor listrik, bidang telekomunikasi, generator, kabel transmisi, komponen kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, saklar, reaktifier transsistor, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung dan klep di pabrik penyulingan. Meskipun saingan tembaga yakni aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan sektor yang berhubungan dengan larutan, sektor konstruksi, mesin pertanian, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, pengatur temperatur ruangan, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin sektor non elektris, dan peralatan mesin. Potensi tembaga yang terbesar dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

3. Batubara
Batubara berasal dari batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi (Dirjen ESDM, 2007).

4. Bauksit
Bauksit adalah bahan heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2: 1 – 12%, Fe2O3: 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O: 14 – 36%. Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika. Sifat dari  bijih bauksit yakni pelapukannya sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan
sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan (Dirjen ESDM, 2007).
46tambang bauksit
Tambang Bauksit
5. Granit
Granit adalah dalah salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda, coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi mineralnya. Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineral yang sama dengan granit tetapi tekstur dan strukturnya berlainan. Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

6. Timah
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan.
Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk solder, cendera mata, bahan baku logam pelapis, dan lain-lain. Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun (Dirjen ESDM, 2007).

7. Nikel
Nikel digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan di berbagai sektor logam. Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua. Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit. (Dirjen ESDM, 2007).

http://www.bangazul.com/pengertian-dan-jenis-pertambangan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar